CINTA.
Berbicara mengenai cinta, sejak jaman bahuela sudah terjadi ratusan, ribuan,
puluh ribuah kisah cinta yang terbentuk. Baik itu terekspose ke khalayak,
maupun hanya menjadi mitos-mitos saja. Dari Adam dan Hawa, Rama dan Shinta
dalam pewayangan, Romeo dan Juliet, sampai saat ini aku dan benda-benda
kepunyaanku.
Mungkin banyak yang mengatakan kalau
cinta terhadap benda-benda yang kita miliki merupakan sebuah hal konyol. Karena
benda yang kita miliki – contoh sandal jepit – kalaupun hilang bisa kita
membelinya lagi. Bahkan bisa dikatakan cintaku terhadap barang-barang
kepunyaanku melebihi cintaku pada seorang wanita. Mereka yang di luaran sana
menyebutku gila, tapi aku menyebut diriku sendiri sebagai penjaga amanat.
Bagaimana tidak, ketika kita memiliki
sebuah barang dengan susah payah kita mendapatkan barang tersebut. Menabung,
mengurangi uang jajan, bahkan sampai berbohong pada orang tua agar kita bisa
memiliki barang atau benda tersebut. Dengan jerih payah sedemikian, kalau kita
tak menjaga, merawat, dan menggunakan barang tersebut dengan baik. Berarti
secara tak langsung bisa dikatakan tak menjaga amanat. Dan lebih-lebih kita
tidak mencintai barang tersebut.
Sebagai anak SMA yang sudah tinggal
jauh dari keluarga. Segala macam barang yang kita miliki tentu saja merupakan
hasil tabungan kita dari uang jajan bulanan. Terlepas dari siapa orang tuaku.
Aku mengumpulkan uang jajan sampai saat yang tepat uang itu terkumpul sebanyak
430.000 rupiah ditambah suntikan dana orang tuaku 100.000 rupiah. Jumlah yang
amat sangat banyak untuk ukuran anak kos. Dengan uang tersebut aku berencana
membeli sebuah hardisk portable. Sebenarnya bisa saja aku langsung meminta pada
orang tuaku untuk membelikan, tapi sesekali biarlah aku berusaha sendiri dengan
jerih payah sendiri. Meskipun uang yang kita kumpulkan juga berasal dari orang
tua kita.
Hardisk portable sudah bisa
kumiliki. Hampir setiap pergi ke mana pun selalu kubawa hardisk tersebut,
kecuali ke masjid. Berbagai file, film, musik, serta foto-foto sudah ratuan
bahkan ribuan yang berhasil kusimpan di hardisk tersebut.
Sampai suatu ketika, aku tergabung
dalam tim design grafis perlombaan yang diadakan di Semarang. Sebelum shubuh
kami berangkat, dan shalat shubuh di perjalanan. Sesampainya kami di lokasi
perlombaan yang tepatnya di sebuah perguruan tinggi swasta., entah kenapa
perutku saat itu tak bisa diajak kompromi. Mules tak tertahankan. Kutitipkan
tas kecil yang berisi hardisk tersebut. Sekeluarnya aku dari kamar mandi, yang
terlihat pada tasku kala itu adalah basah kuyup. Usul punya usul, ternyata
temanku tadi tak sengaja menjatuhkannya saat dia juga ke kamar mandi sekedar
untuk buang air kecil. Segeralah kurebut tasku kembali dan langsung melihat
kondisi hardisknya. Tak tertolong ternyata kawan, Tas basah kuyup beserta
isinya, hardisk portable seharga ratusan ribu yang sama artinya puluhan juta
bagi anak kos.
Saat itulah aku merasa kehilangan,
sangat kehilangan. Bahkan rasanya lebih baik kehilangan cewek daripada
kehilangan hardisk yang proses mendapatkannya lebih panjang daripada jalan
pantura—Anyer – Panarukan.
Sepulang dari Semarang, memang
temanku akan memberikan uang ganti rugi. Tapi yang paling mustahil ganti rugi
adalah data yang sudah aku kumpulin. Dari nol sampai space hardisk
hampir habis. Dan kini telah hilang, tenggelam di kedalaman kamar mandi
perguruan tinggi swasta. Dan kini harus kumulai lagi dari uang 300.000 ribu
dari teman sebagai uang ganti rugi. Ditambah uang jajan yang harus kutabungkan.
Dan seharusnya apapun yang kita miliki, itulah yang harus kita jaga. Jaga
sepenuh hati seperti kita menjaga seorang kekasih.[] masupik
Begitulah saya suka membaca kisah masupik :)
BalasHapusTerima kasih agan Fikri.... Siap melakukan kunjungan balik. :))
BalasHapus