Selasa, 19 Januari 2016

Tiga Lagu Untuk Himalaya


Aku teringat suatu gambar milik salah seorang temanku yang dipajang sebagai display picture bbm. Dalam gambar tersebut tertulis, “Jangan pernah menyakiti hati penulis, atau selamanya kau akan terkenang dalam karyanya”. Kalimat itu dengan sengaja kukutip karena kau telah menyakiti hatiku, Himalaya. Di sini, bukan berarti aku seorang penulis. Bangsat betul jika aku berani melabeli diriku penulis. Aku hanya mengutip

Tapi bukan rasa sakit yang akan kuceritakan kali ini. Aku hanya ingin mengingat peristiwa demi peristiwa yang terjadi. Dari dulu sampai sekarang, sampai tulisan ini selesai, peristiwa demi peristiwa masih tergambar jelas di ingatanku. Bahkan seperti peristiwa itu barusan terjadi, masih hangat; harum; tapi menyakitkan.

Banyak peristiwa yang terjadi. Dari kau mengirimkan pesan yang berisi kejujuran hatimu, kau yang dengan sangat lembut menolakku, sampai saat ini aku tak bisa menjangkaumu. Himalaya, sebutan itu cocok untukmu sepertinya. Dan semua peristiwa itu, kurangkum atau lebih tepatnya terangkum atau yang paling tepat tergambar di dalam 3 lagu berikut ini.



Bunga oleh Bondan ft. Fade To Black

Sumber : Google.com
H, apakah kamu ingat semasa SMA dulu? Kita tak pernah satu sekolah, tapi masih sama. Sama-sama sering bercerita. Ah, terlalu lebay, aku yang sebenarnya masih ingin mendengar ceritamu. Aku akan selalu mendengar ceritamu sampai kamu lelah, haus, dan aku adalah orang pertama yang akan menawarimu segelas air putih. Ah, aku terlalu terobsesi. Itu sebutan yang tepat sepertinya.

H, kau ingat, aku pernah mengirimkan sebuah link download. Tenang, bukan link bokep kok. Hanya sebuah lagu padamu lewat pesan Facebook. Saat itu aku berharap agar kamu mengunduh file tersebut. Supaya kamu tahu, aku ada di dalam lagu itu. Tepatnya, lagu itu sangat mewakili perasaanku padamu. Meskipun aku sendiri tak tahu, apakah kamu telah mengunduh file tersebut sesuai isi pesan yang kukirimkan padamu. Atau kau hanya melihat dan membaca pesanku tanpa ada tindakan. Itu terserah, kaulah ratunya.

H, kini akan kuceritakan padamu, tentang lagu yang pernah menjadi harapanku agar kamu mau mendengarkan dan berubah fikiran lantas mencintaiku. Lagu itu adalah Bunga. Kau tahu, lagu itu dinyanyikan oleh penyanyi cilik yang dulu terkenal dengan lagu si Lumba-lumba. Mungkin kamu tahu siapa dia. Benar sekali, Bondan. Prakoso. Mungkin kamu tak pernah tahu lagu itu, tapi aku sangat tahu. Sini, dengan teman nasi lodeh seharga lima ribu, akan kunyanyikan padamu.

H, kenapa lagu itu? Mungkin kamu akan bertanya seperti itu. Entahlah, setiap lirik yang kudengar sepertinya benar-benar menggambarkan perasaanku saat itu. Benar-benar pas momennya pada saat itu. Sangat tepat untuk didengarkan karena seperti itulah yang terjadi padaku. Atau, atau mungkin aku yang masih ABG dulu itu terlalu serius menanggapi sebuah lagu? Entahlah. Yang jelas aku suka padamu tapi tak pernah berani untuk mengucapkan dihadapanmu. Oke fine, aku pengecut.

“…
ingin sekali ku katakan "aku suka padamu"
namun cinta ini siksa jika ku gak ada kamu
hendak jiwa kan mengikatmu di sisi
namun berat tuk mengucap, cukup untuk kukagumi

a b c d, ku harap kau mengerti
semua ini bukan cerita narasi deskripsi
hanya perasaan suka namun sulit hati berkata
bukan fiktif, sedikit naif, hanya sebuah realita

cinta ini derita, ku harap kau juga merasa
apa yg kurasa tanpa banyak tanda tanya
rasa ini fakta, selektif bukan posesif
ku tak ingin berdusta, ku cinta kau bunga
…”


Lonely Day oleh System Of A Down (S.O.A.D)

Sumber : Google.com
H, kudengar kau akan melanjutkan pendidikanmu di luar negeri. Benarkah itu yang akan terjadi? Sepertinya benar. Tak perlu diragukan lagi, kamu memang pantas. Tapi, apakah aku boleh mengajukan satu permintaan padamu? Piliihlah Amerika sebagai tempat selanjutnya untuk pendidikanmu. Lantas, ketika telah bersantai dan akan jalan-jalan, sebelum memakai mantel tebal karena saat itu Amerika sedang musim dingin, bukalah google dan carilah nama ini : Serj Adam Tankian. Siapa dia? Dia gitaris band System Of A Down. Kebangsaan Armenia yang memperkenalkan lagu-lagunya di negeri Paman Sam. Bukan aku sok tahu, tapi google telah membantuku. Wikipedia menyediakan segalanya. Jika bosan, Youtube siap menghibur.

“…
Such a lonely day
And it's mine
The most loneliest day of my life
 …”

H, harusnya kamu juga mendengarkan lagu ini. Bait demi baitnya sangat sedih. Bukan berarti aku suka lagu bertemakan kesedihan. Yang kusuka dari lagu ini adalah meskipun ini lagu tentang kesedihan, tapi tak cengeng. Tak seperti lagu sendu lainnya. Yang sering kali vokalisnya sampai menangis, mengharu biru, bahkan sampai bermandikan air mata. Tapi bukan lagu ini. Hanya perlu diam. Diam adalah cara paling kejam dan bernas menanggapi kesedihan. Saat kesedihanmu mencapai puncak, dan saat itu tertuang beribu cara meluapkan rasa sedih itu. Dari marah, bete, alkohol, sampai bunuh diri. Tapi pada saat itu, kamu memilih diam. Kejam sekali bukan?

H, kau tahu kenapa lagu itu? Kau tahu kenapa diam? Semuanya bukan serba kebetulan. Mari kuceritakan! Bertemankan kesedihan, lagu itu datang. Mengalir dalam angin malam. Membawa sebuah sikap yang jarang teraba dan bisa diterima, diam. Aku menjemputmu bak tukang ojek online yang kini marak. Tepat di depan rumah tetanggamu aku berhenti. Menunggumu keluar rumah. Jujur, aku takut jika harus mengetuk pintu rumahmu. Karena bagiku, mengetuk pintu rumahmu adalah hal menakutkan no 2 setelah skripsi yang tak kunjung dapat ACC. Mencoba mengirim pesan, tapi apa daya signal saat itu tak mau kujadikan teman. Ada 2 pilihan saat itu, memberanikan diri mengetuk pintu atau pulang dan tidur. Kalau bukan kamu yang kujemput, pulang dan tidur adalah jalanku.

H, malam itu adalah malam dimana aku menjadi sangat berani. Sepertinya sikap pengecutku sedang berhalangan hadir. Malam yang tepat untuk menyatakan semua isi hati yang telah lama terkunci dalam kotak Pandora bernama hati. Sedangkan kamu adalah pembawa kunci kotak itu. Dalam balutan asap knalpot, kubonceng dirimu. Saat itu sebenarnya sudah menjadi hal paling bahagia dalam hidupku. Ah, jikalau bisa, aku tak ingin menarik pedal gas, agar motor itu tak pernah sampai di tujuannya.

“…
Such a lonely day
Shouldn't exist
It's a day that I'll never miss
…”

H, katamu,  kesempatan itu tak pernah datang dua kali. Tapi kataku, kesempatan itu datang setiap saat, hanya kita tak pernah tahu kapan datangnya. Tapi karena kamu adalah ratu di malam itu, maka kesempatan itu memang tak datang lagi. Hatimu telah mati untuk sosokku. Kunci yang seharusnya ada padamu, kini telah kamu buang jauh dihamparan lumpur di peternakan babi. Malam itu, hujan tak turun, langit masih hitam, bintang masih seperti itu sama meskipun kita melihat di umur yang berbeda. Malam itu seperti malam pada umumnya. Tak ada yang istimewah atau ada sesuatu yang “wah!”. Tapi bagiku, malam itu adalah malam yang tak seharunya terjadi dan tak akan pernah terlupakan sampai saat ini. Rasa bahagia bercampur aduk dengan lumpur kesedihan yang paling dalam. Semoga kamu masih mengingat malam itu.
 
Tentang Cinta oleh Ipang

“…
Sekilas tentang dirimu yang lama ku nanti
Memikat hatiku jumpamu pertama kali
Janji yang pernah terucap tuk satukan hati kita
Namun tak pernah terjadi
…”

Sumber : Google.com
H, setelah sekian lama penantian. Menunggu, menunggu, sampai batang terakhir rokokku, aku masih menunggu. Mengharapkan satu jawaban yang mungkin bisa datang tiba-tiba. Atau berharap kamu akan datang, duduk di sampingku dan bercengkerama tentang semua hal. Mendoakan agar kamu tiba-tiba memberi kesempatan. Tapi itu semua tak pernah terjadi. aku hanya membohongi diriku sendiri bahwa suatu saat, pada saat itu kamu akan hadir. Namun kenyataannya itu semua tak pernah terjadi sampai saat ini. bahkan kini semakin jauh tak terjamah.

H, kamu itu cantik. Ah, mungkin kamu sudah bosan dan telah menganggap kata itu sebagai angin kemarau. Dari manapun, siapapun, bahkan mungkin jika orang gila diberikan waktu satu detik agar kewarasannya kembali, saat melihatmu dia akan berdecap kagum dan berkata, “kamu cantik sekali!”

H, mungkin aku beruntung bisa mengenalmu. Lebih beruntung lagi karena kamu juga pernah mencintaiku. Coba pikir, kurang beruntung apa lagi aku? Tapi aku bodoh. Hanya pandai dalam memasukkan angka pada rumus phytagoras dan aljabar. Jika dipaksa untuk merasakan, nilaiku tak pernah mencapai batas nilai terendah untuk dinyatakan lulus suatu pelajaran. Tapi cinta tak bisa dinilaikan. Hanya dapat dirasakan bukan? Oleh karena analogi konyol itulah aku menjadi bodoh.

H, ini adalah paragraph terakhir. Aku kini sudah tak bisa menjangkaumu. Tak akan lagi bisa melihatmu tersenyum. Senyum yang menghadirkan simpul paling rumit sedunia, tapi indah dilihat mata. Aku hanya ingin sekali lagi berjumpa denganmu. Menatap mata indahmu yang berkaca mata. Menatapnya sekali lagi dan terakhir. Masih bolehkan aku menatap matamu? Jika boleh, dengarkanlah semua lagu yang sengaja kutulis untukmu ini. tak perlau berlebihan menanggapinya, hanya dengarkan sesuai fungsinya. Setelah kamu mendnegarkan, jika ingin dihapus silakan. Cewek cantik bebas melakukan apapun yang dia sukai. Itu yang sering kali kuucapkan jika melihat cewek cantik bertindak semaunya. Bukan aku mendukung, hanya pantas.


Aku tak tahu harus mengakhiri ini seperti apa. Biasanya ada kesimpulan. Juga ada cerita happy ending yang tersemat. Kali ini saja, akan kubiarkan ini selesai oleh tanda (.) yang berfungsi sebagai akhir dari suatu kalimat.

“…
Mungkinkah masih ada waktu
Yang tersisah untukku
Mungkinkah masih ada cinta dihatimu
Andaikan saja aku tau
Kau tak hadirkan cintamu
Ingin ku melepasmu dengan pelukan

Sesal yang datang selalu takan membuat mu kembali
Maafkan aku yang tak pernah tau
Hingga semuanya pun kini telah berlalu
Maafkan aku
Maafkan aku
…”