Rabu, 01 Juni 2016

Cemburu

Sebermula dari beras hasil panen petani desa yang kemudian beras tadi sampai ke tangan ibu-ibu fashionista dan jadilah nasi.

Tak perlu berlebihan membincang cemburu. Cemburu jika dibicarakan terlampau lama, ujung-ujungnya hanya menghasilkan kata maaf dan perasaan apa boleh buat untuk memaafkan.

Ibu-ibu fashionista itu terlalu berlebihan dengan apa yang akan mereka kenakan. Kurang hijau sedikit, ganti. Kurang seksi sedikit, ngambeg. Kurang modis sedikit, beli lagi. Seterusnya sampai nasi yang dia masak lupa dia sajikan.

Cemburu itu sudah. Mau bagaimanapun, alasan apapun, tak bisa mendamaikan cemburu. Ya seperti tadi, apa boleh buat dimaklumi. Beri sedikit jeda waktu berfikir. Yakinlah, selama kamu tak membincang lagi tentang cemburu, perasaan itu hilang setelah tidur panjang.

Sementara itu, ada yang tengah kelaparan menunggu nasi dihidangkan. Di sisi lain, ada yang tengah asik bersolek sampai lupa waktu. Nasi sudah siap, tapi lauk dan serba-serbi pelengkapnya belum tersedia. Terpaksa, menunggu adalah jalan satu-satunya.

Menunggumu datang setelah perasaan cemburu itu terasa lama. Sepuluh menit jadi satu jam. Meskipun sebenarnya tak ada yang berubah dengan sepuluh menit tadi. Hanya saja, ah...pokoknya menunggu itu lama. Berapapun hitungan waktunya.

Sebermula dari menanak nasi dan harus menunggu. Sebermula itu pula cemburu dan menyesal menunggu untuk bertemu. Ah, cemburu itu sakit dan kata maaf itu sulit. Tapi apa boleh buat, toh aku mencintaimu. []