Sabtu, 17 Januari 2015

#3



Saat itu kita masih berupa botol air mineral kosong saling tergeletak berjauhan tak tahu nasib akan membawa kemana. Aku tergletak terbawa sepatu lusuh pencari ilmu. Ditendang, diinjak, sampai akhirnya mereka selesai dan kembali aku tergeletak. Kau yang berada di sebrang persimpangan jalan, tak luput dari cengkraman pemulung ulung. Mencari ganjalan perut dengan bertaruh dengan Tuhan. 

Tentang sebuah peristiwa yang kita sendiri tak tahu akhirnya. Tentang sebuah perjalanan yang konon setiap manusia mengalaminya. Tentang perasaan-perasaan cinta kepada lawan jenis yang akhirnya berujung pernikahan. Tak jarang berujung dengan pertemuan awal. Ini tentang kita yang kembali tak tahu apakah semua ini adalah balutan nasib yang harus kita teguk. Atau ini adalah sekedar monolog tengik penyair gagal, terbuang, dan gila. Jika segala kemungkinan itu terjadi, berarti benar kita adalah botol air mineral bekas. Menunggu, menunggu sampai akhirnya ditinggalkan cuma-cuma.

Sampai saat itu, kita kembali dipertemukan oleh kerja sama nasib dengan koruptor. Kita dipertemukan di dunia kacau balau ini. Di sebuah kelokan tajam, kita bersanding diambang kematian. Pertemuan yang hanya meninggalkan luka dalam, bukankah itu lebih mengerikan ketimbang sesosok ular menerkam dan menelan mangsa bulat-bulat. Hanya meninggalkan kenangan. Dikenang, dibaca, akhirnya terbuang juga. Pun, jika ada sebuah arsip tentang sebuah kenangan, itu hanyalah kedok agar mereka dianggap intelek, peduli dengan masa depan, tapi lupa dengan masa lalu.

Mengapa masih dipertanyakan, bukankah semua itu sudah terlampau sering sampai akhirnya hanya menjadi bekas hitam yang kelamaan menghilang. Apalagi sekarang banyak krim penghilang bekas luka. Bekas luka dulu adalah sebuah tanda suatu kejadian yang dibangga-banggakan. Kini tak ada artinya. Semua hilang tak berarti dan sia-sia. Dicari, dimiliki, diajak tidur, namun ujungnya juga dimuntahkan. Kau tahu kedudukan hasil muntahan di mata manusia? Hanya sebagai barang menjijikan yang tak boleh dipandang, apalagi dipegang. Harus segera dibersihkan agar hilang. Bekasnya pun tak boleh ada. Lebih-lebih, tempat muntahan itu diganti yang baru. Jangan sampai mereka-mereka yang datang belakangan melihat apalagi mengetahui kebenaran yang sebenarnya terjadi. [] masupik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))