Kamis, 15 Januari 2015

#1



Bukankah wajar jika nafsu dan terangsang menyelinap, bersembunyi di balik ungkapan cinta yang tulus? Mungkin itulah saat kita harus duduk bersama.

Bibir ini telah bercumbu melebihi apa yang seharusnya dilakukan oleh sepasang kekasih seperti kita. Bibirmu dan bibirku telah larut oleh lautan nafsu kala itu. Kau tentu saja masih sangat ingat dengan semua itu bukan? Kau harus kurayu bahkan dengan sedikit dorongan agar ciuman itu bisa berlangsung harmonis. Namun setelahnya, kau pun menikmati, merasakan, bahkan kau mulai melakukannya tanpa ada dorongan hasratku. Bukankah saat itu, meskipun sebelumnya aku berencana membuka kancing bajumu tapi dengan tegas kau menepisnya? Tapi setelahnya, kau relakan dan amalkan semuanya dengan rela anggota tubuhmu untukku. Apa itu salahku jika aku memulainya tapi berhenti lantas kau melanjutkannya dengan inisiatifmu? Ah, kenangan itu begitu menawan dan membekas di ujung jari.

Di saat nafsu, rangsangan biologis mulai menggelitik. Kita lakukan semuanya atas nama cinta. Cinta yang pernah aku ungkapkan padamu. Hanya berupa teks panjang, bisa dihapus, dan lupa. Lewat sebuah pesan singkat 140 karakter, cinta itu kau terima juga dengan 140 karakter bahkan kurang.

Awalnya kita hanya bercengkerama bak omongan penting sebuah kongres perdamaian dunia. Perang nuklir, genosida, bahkan teroris kita bahas dengan segala argumen picik yang ada. Siapa lebih baik dari siapa. Apa yang lebih hebat dari apa. Semuanya terpapar lebar. Hamparan salam yang acap kali kuucapkan dan kau katakan, juga jawaban yang juga kita sampaikan. Tentunya kau masih mengingat saat itu bukan. Sebuah keadaan mesra, tak terencana. Sebuah aura yang membuat kita terbang tinggi, semampai, menjulang, lalu kita sama-sama jatuh dalam muka masam tak berdaya.

Aku yang sekarang tak lebih baik dari yang dulu. Aku yang sekarang juga tak lebih hina, kotor dari yang dulu. Hanya saja, aku lebih nyaman dan tentram jika kau menyebutku dan menyematkan “kau tak lebih baik dari yang dulu” di setiap monolog indahmu. [] masupik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))