Sabtu, 06 Desember 2014

Tangan-Tangan

Di suatu jalan setapak terlihat jelas seorang lelaki mendorong gerobak yang penuh dengan barang olahan dari ikan. Pagi masih belum sempurna, lelaki kecil dengan bidang dada yang tak terlalu kekar dibandingkan dengan badan seorang olah ragawan. Dari kejauhan terlihat samar perempuan-perempuan perkasa yang juga sibuk berjalan cepat menuju pusat perbelanjaan. Dimana setiap barang kebutuhan dengan harga terjangkau bisa dibeli di sana. Sementata lelaki tadi hanya bisa mendorong dengan tergopoh-gopoh dengan berat gerobaknya. Dan jalan yang sedikit miring inilah yang setiap pagi membantunya.

Di pertigaan jalan terlihat jelas orang-orang dengan peci putih khas seorang haji melalu-lalang pulang menuju rumah. Tak ada saling sapa antara mereka. Hanya ada sedikit senyum tak hangat terlihat temaram. Senyum yang menandakan adanya rasa menghormati. Sementara di masjid yang tak penuh oleh orang untuk memenuhi kewajibannya sembahyang, masih berdiri kesepian seorang diri dengan kubah yang sudah tak bersinar karena karat yang diderita.  Tampak ada seorang yang menuruni anak tangga berjumlah 4 menuju parkiran sendal-sendal mereka. Sendal yang tak tertata rapi dan saling berserakan tergeletak terlepas begitu saja dari kaki orang-orang yang melangkahkan kaki mereka masuk ke masjid.

Sebuah kejadian sporadis yang tak kita sadari karena keterbatasan mata memandang dan keterbatasan kata untuk menyimpulkan yang sebenarnya terjadi. Apapun bisa terjadi. Orang yang mendorong gerobaknya mungkin saja dia sebenarnya malas melakukan kesibukannya setiap pagi menjelang karena tidur malam yang terlalu larut. Atau perempuan yang berjalan tergopoh sebenarnya dia hanya ingin keluar dari rumah karena pertengkaran dengan suaminya. Atau orang berpeci putih itu sebenarnya alasan perempuan tadi berjalan tergopoh dan senyuman kecil itu hanya menutupi aib-nya? Semua serba mungkin terjadi dan tak terjadi. Semua hanya karena mata yang masih terbatas menafsirkan segala sesuatu hal yang terlihat. Semua tampak baik kalau kita memikirkan hal baik. Juga semua tampak tak karuan dan membingungkan. Semua itu hanya bukti adanya tangan-tangan yang memgatur semua ini agar terlihat sedemikian rupa. Terlihat agar kita mencari rahasia apa yang sebenarnya terjadi dan dari mana itu terjadi. Alangkah baiknya jika kita mengetahui asal kita sehingga kita bisa berjalan menuju tujuan kita yang sebenarnya.

Entahlah!!

Apakah ini semua hanya sebuah pemikiran yang terbentuk karena tangan itu. Ataukah pemikiran ini berdiri sendiri, tunggal dan memiliki tujuan sendiri dari apa yang sebenarnya terjadi. [] masupik

1 komentar:

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))