Rabu, 22 Oktober 2014

Who is "MANTAN"?

" Sebelum masuk ke inti postingan kali ini, ada baiknya jika kalian sedikit mengetahui mengapa postingan ini ada. Alasan pertama postingan ini ada karena aku sendiri menyadari nggak pernah ngepost selama hampir 3 bulan. Kedua, karena tangan ini udah gatel pengen muntahin kata-kata yang ada di otak biar nggak bikin repot. Dan alasan yang terakhir karena akhir-akhir ini aku keinget semua "mantan" yang dulunya pernah menjalani suasana indah berdua. (Alasan terakhir bullshit banget)."

Selamat pagi dan semoga yang telah bangun sudah membersihkan kotoran yang menyelinap di pojokan mata. Semoga yang masih tidur, tetap tidur sampai batas waktu mereka tidur dan dikira cukup. (Mulai absurd). Terlalu bertele-tele.

Berbicara mengenai "mantan", pastinya dan atau mungkin fikiran kalian akan langsung menuju sosok pacar --baik girlfriend atau boyfriend-- yang pernah menjalani kebahagiaan sesaat bersama kita. (Kok sepertinya pertanyaan yang dipakai judul udah kejawab ya!??). Kebanyakan dari kita ketika membicarakan "mantan" pasti akan langsung mengingat saat terakhir ketika putus. Lantas kita akan secara egosentris melabeli kalau "mantan" itu sosok yang jahat --bisa-bisa kejahatan mantan itu melebihi iblis yang menggoda Adam-- yang pernah singgah ke hidup kita. Aku sendiri juga sering mendefinisikan demikian. Tapi setelah berfikir matang, puasa 40 hari 41 malam, bermeditasi di gunung Bugel Lasem dan setelah melakukan berbagai ritual penjernihan otak. Akupun mau tak mau harus mencabut definisiku --kalau mantan itu jahat. Karena kita harus mengakui bahwa dulu sebelum menjadi "mantan" kita pernah menjalani kebahagiaan semu bersamanya.

Berpijak dari hal tersebut, maka kita harus mengkaji ulang who is "mantan"? (Dalam arti sebenarnya).

Pertama, definisi "mantan" setelah hasil dekonstruksi moral adalah seseorang yang pernah menjalani kisah asmara bersama kita dan harus terpisah atas dasar alasan memang bukan jodoh kita. Dari definisi ini, kita mengetahui bahwa "mantan" itu ibaratnya ujian bagi kita. (Kayaknya sih gitu).

Kedua, "mantan" adalah seonggok daging yang sempat datang dan menemani kita, meskipun hanya sesaat. Dari situ kita dapat menyimpulkan bahwa "mantan" itu juga manusia. Dia juga perlu makan, minum, dan berkembang biak. Jadi perlakukan dia sesuai kadarnya sebagai manusia.

Ketiga dan sepertinya terakhir, definisi "mantan" setelah didekonstruksi adalah secercah buaian yang tersusun atas partikel atom yang membentuk suatu sel dimana sel tersebut bekerja sama menjadi jaringan yang kemudian jaringan tersebut memiliki fungsi sama yang selanjutnya disebut organ, dan berwujud paras yang rupawan yang pernah meluluhkan hati kita. Dari definisi absurd ini, kita dapat menyimpulkan bahwa "mantan" adalah mahkluk Tuhan yang pernah ditugaskan oleh Tuhan untuk menemani kita. Jadi, seburuk apapun perpisahan kita dengan seseorang yang selanjutnya kita beri label "mantan" kita harus tetap menghargai, menghormati, dan berbuat baik padanya.

Dari ketiga dekonstruksi moral mengenai definisi "mantan" yang telah dipaparkan sebelumnya, kita dapat mengambil satu kesimpulan besar bahwa "mantan" baik ketika putus dengan keji atau dengan alasan bijak, kita harus mengakui bahwa mereka pernah membahagiakan hati kita dan membuat kita menjadi alay tanpa harus malu. Trust me. [] masupik

1 komentar:

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))