Jumat, 24 Oktober 2014

#BahagiaItuSederhana, Sederhana Ndasmu.

Selamat sore, selamat berbahagia di sore yang sudah tak ranum ini. Semoga sore ini fikiran kalian jernih dan bisa berfikir matang. Matang di sini artinya bukan digoreng di penggorengan dengan minyak sayur, tapi matang yang kumaksud adalah bisa mencerna mana kata atau kalimat yang siap cerna dan mana yang butuh penafsiran lebih lanjut lagi.

#BahagiaItuSederhana, pastinya kalian tak asing dengan ungkapan seperti itu. Ungkapan seperti itu sering kita jumpai biasanya di akhir status di Facebook dan juga akhir dari Tweet seseorang. Biasanya lagi sebelum tagar bahagia itu sederhana dibubuhkan di akhir, ada kalimat atau gambar yang memperlihatkan bahwa si empunya status atau tweet bisa tertawa lepas tanpa ada beban. Dan dari sudut pandang "tertawa lepas" inilah mereka lantas membuat tagar bahagia itu sederhana. Kemudian ada lagi yang upload foto makanan masakan barat. Dan di foto tersebut dibubuhi caption #BahagiaItuSederhana. Entah sudut pandang apa yang mereka pakai sehingga bisa menyimpulkan bahwa kondisi mereka sedang bahagia.

Dari sanalah penulis merasakan suatu keresahan bathin yang mendalam. Dan satu pertanyaan muncul ke permukaan layar kaca "sebenarnya bahagia sendiri itu apa?" Apakah bisa tertawa lepas dengan kondisi gigi terlihat jelas seperti itu yang disebut bahagia? Apa bahagia itu ketika kita bisa memakan makanan mahal dari resto yang berada di dalam hotel bintang lima? Padahal kita sama-sama gak tahu dia bisa beli masakan mahal itu pakai uang sendiri atau hutang. Atau seperti apa? Atau sejatinya bahagia hanyalah sebuah pengasumsian yang terjadi guna membohongi otak kita, entah itu terjadi karena pengaruh hormonal, lingkungan, atau emosi diri kita? Mari berfikir! (Kita pura-pura serius).

Meminjam pengertian "bahagia" dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Melangkah dari definisi tadi yang menyebutkan bahwa bahagia itu merupakan keadaan atau perasaan, sedangkan keadaan atau perasaan itu ada karena pengaruh otak bawah sadar kita. Jadi dapat disimpulkan, bahagia ada karena alam bawah kesadaran kita memberikan stimulus kepada semua organ tubuh tanpa terkecuali, bahwa dalam kondisi dan situasi tertentu itu dinamakan "bahagia". Jadi, bahagia itu asalnya dari kita sendiri. Bukan dari tertawa lepas yang kita lakukan. Bukan dari pencapaian kita bisa membeli masakan resto hotel bintang lima dan sebagainya. Belum lagi kalau kita membicarakan kebahagiaan akhirat kelak, bisa-bisa pecah ndasmu.

Setelah mengetahui hal ini, apa kita masih bisa mengatakan #BahagiaItuSederhana? Toh nyatanya proses menuju kondisi yang disebut bahagia itu begitu rumit, njlimet, mbingungi. #BahagiaItuSederhana, sederhana ndasmu! []masupik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))