Kamar Kos Tampak Depan | sumber : koleksi pribadi |
Kali ini pekerjaanku membawaku ke Kabupaten Rembang. Sempat merasa
kan
suasana kekeluargaan di salah satu wilayah Lamongan. Tepatnya di desa Solokuro.
Tempat kelahiran teroris ternama kepunyaan Indonesia, Amrozi. Kurang lebih
selama 3 bulan di sana. Kemudia pindah ke Sluke. Sebuah kecamatan di kabupaten
Rembang. Di sana banyak bajingan-bajingan yang bekerja sebagai kuli di toko
bangunan. Biarpun bajingan, tapi rasa nyaman yang ditawarkan melebihi kuli-kuli
di toko bangunan sepanjang jalan Anyer – Panarukan. Enam bulan di sana, dan
akhirnya sekarang aku dipindah lagi di kabupaten Rembang, kota semi
metropolitan. Dan sudah berjalan enam bulan juga.
Aku bekerja di salah satu pabrik cat kenamaan, PT Nipsea
Paint And Chemicals atau kalian lebih mengenalnya dengan Nippon Paint. Sesuai tanda
tangan kontrak ketika aku melamar di Gresik sana, sistem rolling yang
diterapkan pabrik harus aku yakini dan Imani. Setiap setahun sekali, mau sudah
akrab atau belum, nyaman atau mengenaskan, bagaimanapun kondisi kamu dengan
toko, kamu harus di rolling. Tempatnya? Tak boleh memilih. Kebijakan pabrik
sudah mengatur sedemikian rupa dan sebaik-baiknya tempat serta selayak-layaknya
toko bangunan sesuai kriteriamu.
Terlepas dari itu semua. Di Rembang aku tak punya sanak
keluarga. Misalkan ada, jika aku disuruh untuk satu rumah dengan sanak keluarga
yang ada, akupun tak mau. Bukan apa-apa, hanya tak bisa bebas. Toh dari pabrik
uang kos juga sudah disediakan bagi yang luar kota. Meskipun jatah uang kos
yang diberikan pas-pasan, tapi untuk wilayah Rembang, uang kos yang pas-pasan
tadi masih bisa dapat kamar kos yang layak huni.
Hari pertama di Rembang kujalani dengan kikuk. Kukira mafhum.
Baru pertama kenal dengan teman baru, suasana toko baru, juga bos baru yang
pada akhirnya kusimpulkan sebagai bos paling bajingan yang pernah kutemui. Hari
pertama, aku mencoba akrab.
Sorenya, selepas toko tutup. Aku meminta kawan untuk
mengantarku ke kos yang dulu didiami orang terdahulu sebelum aku. Oh ya sampai
lupa, jabatanku di Nippon bukanlah jabatan tinggi. sebuah jabatan yang
sedikit-sedikit bisa dipindah ke sana kemari. Tapi, kata supervisor, jabatanku
atau jabatan kami—karena banyak—adalah jabatan yang paling penting dalam sistem
perdagangan. Jabatanku berhubungan langsung dengan end-costumers atau sebut
saja pembeli cat meliputi; tukang, pemilik rumah, pemborong, bahkan pemilik
toko kecil lainnya. Yup, Sales Promotion Girl (SPG) bagi perempuan dan Sales
Promotion Boy (SPB) untuk yang pernah merasakan sunat.
Kawanku tak langsung mengantarkanku ke kos. Aku diajaknya
menikmati kopi. Kuturuti saja, toh aku juga doyan kopi. Sampai adzan magrib
mengambang, akhirnya aku diantar ke kos. Masuk salah satu gang, yang
selanjutnya kutahu namanya gang Buntu. Kami berhenti tepat di depan pintu rumah
berwarna merah jambu. Oh ini kos-kosanku, pikirku. Kawanku ternyata juga
menunjuk ke arah rumah itu. Tapi yang membuatku curiga, kenapa dia tertawa
cekikian tapi seperti ditahan. Perasaanku tak enak. Tapi karena tak tahu,
kuketuk saja pintu rumah berwarna merah jambu itu. Setelah kuketuk sampai tiga
kali, tertawa mereka semakin kencang. Sial, aku dikerjai. Ternyata rumah
kos-nya ada di depan rumah berpintu merah jambu yang ternyata itu adalah pos
kampling. Njir!!!
Ada perasaan jengkel tapi mencoba memaklumi. Mau jengkel
sudah diantar, mau memaklumi kok kebangetan. Akhirnya aku bertemu dengan si ibu
kos. Setelah beberapa bla…bla…bla… akhrinya kunci kos berada di tanganku. Kawanku
pulang, aku merebahkan badan.
***
Kamar kosku cukup luas, cukup untuk parkir sepuluh motor Yamaha
N-Max jika kasur dan dipan juga segala perabotan ala anak kos dikeluarkan. Sempat
ingin pindah kos karena kamarnya terlalu besar. Bagi anak kos, kamar terlalu
besar adalah mala petaka sendiri. Kalian tentunya tahu, anak kos itu jarang mau
bersih-bersih. Meskipun itu kamarnya sendiri. Apalagi kamar kosku yang luasnya
bisa menampung sepuluh motor. Tapi berjalannya jam, hari, minggu, dan bulan,
sampai sekarang aku masih di sini.
Kamar kos yang tersedia di sini hanya dua, satu kuhuni dan
satunya sudah dihuni. Artinya, sudah penuh dan tidak menerima kos lagi. Lingkungannya
sepi. Apalagi kalau malam, ya sepi. Tapi itulah yang membuatku nyaman. Aku yang
cenderung introvert, lebih merasa nyaman saat sepi. Toh tetap saja sesekali harus
berkumpul dan bersenang-senang dengan teman.
Selain suasananya yang sepi, alasan yang paling utama kenapa
aku betah dan sampai detik ini tetap di kos ini adalah kamar mandinya. Bersih? Pasti.
Luas? Tentu. Airnya? Selalu ada. Yang terpenting dari semua itu, adalah aku
bebas berlama-lama di kamar mandi. Ya, karena kamar kos hanya dua, otomatis
orangnya pun sedikit. Apalagi tetangga kamarku sepertinya jarang mandi, jadinya
kamar mandi seakan milikku. Meskipun, kamar mandinya serumah dengan pemilik
rumah.
Ditambah pemilik rumah yang baik hati dan ramah. Pertama kali
berbincang dengan ibu kos, kukira dia asli orang Solo. Tak mengada-ada. Nada bicaranya
yang halus, sopan, juga penuh senyum, tak salah jika label orang Solo langsung
kesematkan padanya. Seiring berjalannya waktu, si ibu kos adalah putri asli
kabupaten Rembang. Bahkan anehnya, dia orang pesisir yang notabene logat
bicaranya keras, cadas, dan bergairah.
Aku dan ibu kos tak terlalu banyak omong. Sekedar,
sekenanya, dan tak banyak. Paling hanya menyapa, bertanya, dan menjawab. Pernah
sesekali ngobrol ringan. Itupun tak sengaja. Karena saat aku hendak ke kamar
mandi, ternyata kamar mandinya dipakai. Namun kami akrab. Buktinya saja, ibu
kos tahu kapan sprei kamarku harus diganti, tahu kalau aku sedang berada di
dalam kamar atau sedang keluar hanya dengan melihat sendal dan lampu kamar.
Aku tak pernah mematikan lampu kamar. Bahkan hari sudah pagi
dan aku berangkat kerja pun lampu masih menyala. Akhir-akhir ini saja aku mulai
mematikan lampu saat keluar kamar. Bukan apa-apa, kulihat lampu kamar sudah ada
lingkar hitam. Artinya sudah waktunya diganti dan aku tidak punya uang. Semoga ibu
kos yang baik hati berlapan dada sekali lagi dengan mengetuk pintu kamarku dan
berkata, “mas Luthfi, ini lampu kamar yang baru. Kalau ada waktu luang, diganti
ya!” serunya.
***
Terima kasih ibu kos. Sebagai balas budimu, kelak saat aku
nikah, engkau akan kuundang. Dan semoga ketika saat itu tiba, ibu kos memberi
kado pada kami sebuah sprei dan lampu tidur. Amin. []
Mr. Betway casino review, ratings, bonuses, customer support
BalasHapusI think this can 안산 출장마사지 be explained quite clearly on the site as well. If you are having a good time, it is essential 울산광역 출장안마 that you 정읍 출장마사지 check out Mr Betway 군산 출장샵 Rating: 4.4 속초 출장샵 · Review by Dr