Jumat, 06 Mei 2016

Menunggu dan Bosan

Sudah disepakati secara global bahwa suatu hal yang kemudian dinamakan menunggu itu berkaitan erat dengan hal lainnya yang juga disepakati dinamakan bosan. Namun, tahukah kamu bahwa menunggu itu tak pernah mau juga tak punya urusan apapun dengan bosan. Toh menunggu dan bosan itu 2 hal berbeda. Dari jenisnya saja sudah beda, menunggu itu kata kerja sedangkan bosan itu sifat. Berbeda sekali bukan? Tapi mereka berdua sering dipadukan karena ada pihak ketiga yang membuat mereka bersama. Sebut saja perempuan dan BRI. Mereka berdua sering memiliki kesamaan, sama-sama menciptakan menunggu dan bosan.

Berkali-kali aku merasakan kehadiran bosan di saat menunggu perempuan. Seperti beberapa waktu yang lalu. Sore itu aku di rumah seorang perempuan. Rencananya kami berdua akan keluar. Tak ada yang harus dibosankan dengan jalan berdua. Tapi sebelum jalan berdua itulah yang membuat bosan datang, aku harus menunggu dia ganti pakaian.

"Cari makan?" Ajakku.

"Ke mana?"

"Rembang."

"Ok. Ganti baju dulu ya!"

Aku mengiyakan dan dia segera masuk ke kamar.

Lima menit berlalu. Dia yang kutunggu belum juga keluar dari kamar. Kuputuskan menyulut rokok dan kembali menunggunya. Usia menungguku genap lima belas menit. Artinya rokok yang kusulut telah habis dan dia juga belum keluar dari kamarnya. Aroma-aroma bosan mulai berdatangan. Dengan disulut rasa capek dan pegal, bosan pun telah memenuhi perasaanku. Aku merebahkan badan di kursi kayu yang saat itu menyanggah pantatku. Sampai aku tak sadarkan diri hampir sekitar 10 menit dan kemudian terbangun, dia juga masih belum keluar dalam benakku, "apa dia ketiduran di kamar ya?" Panjang umur baginya, dia terlihat menawan keluar dari bilik kamarnya.

"Lama banget, ketiduran ya?" Tanyaku menggoda.

"Mandi sebentar tadi." Jawabnya tanpa perasaan bersalah. Aku hanya geleng-geleng kepala sedikit banyak tak percaya. Yang awalnya hanya ingin ganti baju saja, ternyata mandi.

Bosan telah memenuhi perasaanku. Hampir saja aku membatalkan rencana jalan berdua. Untung saja dia tampil sangat menawan, jika tidak, mungkin gantian dia yang kusuruh menunggu sedangkan aku akan mandi terlebih dulu.

---

Seperti halnya ketika ke BRI, apalagi BRI yang ada di desa atau kecamatan. Kalian akan sering bosan karena pasti akan menunggu. Aku yakin sekali, mungkin jika ada wisata untuk membuat bosan pewisatanya, BRI akan segera dilirik dinas pariwisata sebagai destinasi utama.

Jam berapapun kalian pergi ke BRI, entah pagi sekali ataupun siang, kebosanan adalah hidangan utama di sana. Misalkan pagi sekali. Pintu BRI jam 7.30 sudah dibuka. Kalian berharap dengan ke BRI pagi sekali, tak akan ada yang namanya menunggu. Tapi kalian salah, terlalu pagi datang artinya harus menunggu teller agar teller duduk manis di tempatnya. Karena jam operasional BRI adalah jam 8 tepat. Tak kurang tapi boleh lebih. Artinya, kalian tetap menunggu dan akan merasa bosan.

Pagi saja kalian sudah harus berurusan dengan menunggu, apalagi siang. Ah, aku malas menjelaskan.

Meski demikian, BRI adalah pilihan bagi semua khususnya masyarakat desa. Bank-bank lain yang kurang suppport mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), membuat masyarakat desa sedikit malas jika hanya untuk mengambil uang harus pergi ke kota kabupaten. Maka BRI adalah pahlawannya. Meskipun setelah masuk ke dalam, kalian akan disuguhkan dengan wisata kebosanan yang menjadi ciri khas BRI.

"Jangan lupa nabung dan jangan lupa menunggu."

---

Sampai akhirnya kita tahu, bahwa bosan mungkin telah menerima kodrat sebagai sahabat dari menunggu. Sama dengan menunggu, dia harus menerima takdir pahit bahwa dia harus berpasangan dengan bosan bukan dengan bahagia atau semangat. Sebuah takdir yang pahit. Dan sepahit apapun takdirnya, waktu terus berjalan dan dunia semakin tua. []

Fyi : saat menulis ini, aku sedang menunggu seseorang yang sedang luluran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))