Minggu, 22 Mei 2016

M Untuk Mei Yang Hampir Usai

Mei hampir usai. Beberapa hari lagi kita akan disuguhi bulan baru dan tanggal 1 lagi. Perasaan baru kemarin aku terima gaji bulan Mei di tanggal 1. Perasaan juga baru kemarin aku ke Nganjuk untuk bertemu kawan lama tapi naas harus gagal karena sudah terlalu sore dan aku takut kemalaman kalau harus melewati hutan lebat Bojonegoro. Tapi bukan tentang itu semua, ini tentang kita dan beberapa hari terakhir di bulan Mei.

Kamu tahu aku sayang padamu, kamu tahu itu. Meski saat kita jalan bersama aku akan tetap melirik jika ada cewek cantik lewat. Itu lumrah bagiku, tapi entah bagimu. Kukira kamu akan marah dan cemburu, itu pasti. Tapi siapa lagi yang kuperjuangkan untuk kuhalalkan selain kamu? Aku bukan mencari alasan agar kamu tak marah dan cemburu jika aku melirik cewek. Aku hanya sayang padamu itu saja.

Kamu bilang sebentar lagi kamu akan wisuda untuk kedua kalinya. Aku bilang dengan sedikit janji akan datang di wisuda. Meskipun kamu sendiri tak tahu kapan itu akan dihelat, tapi aku berusaha untuk datang. Aku sering bertanya padamu kapan wisudamu dilaksanakan, tapi jawabanmu selalu tak tahu. Kusuruh untuk bertanya yang lebih tahu, tapi tetap sama jawabannya pun tak tahu. Sampai kamu bercertia bahwa tanggal 24 adalah wisuda yang dilaksanakan di Jakarta bukan di Semarang. Dan ada beberapa orang yang mewakili tapi kamu tak terhitung di dalamnya. Kamu selalu mengeluh tentang hari pelaksanaan wisudamu. Aku kesal dan marah saat mendengarkan keluhanmu. Toh keluhanmu tak memberikan jawaban kan? Semarah apapun aku padamu, aku tetap sayang padamu.

Aku pernah bertanya pada seorang teman perempuanku tentang baju apa yang layak kupakai saat menghadiri wisudamu. Dengan banyak pertimbangan, kuputuskan aku akan mengenakan kemeja hitam juga celana Jeans hitam. Tapi saat kubicarakan padamu perihal bajuku, kamu tak sejalan. Katamu, warna hitam itu membuatku terlihat kurus. Aku menyetujui dan kurencanakan untuk belanja pakaian denganmu beberapa waktu yang lalu. Saat memilih baju dan celana yang cocok untukku, kita kembali tak sejalan. Aku masih bersih kukuh memilih hitam dan kamu tak suka aku memakai hitam. Akhirnya aku membeli celana di luar rencana. Dan kita saling diam sampai kamu jengkel padaku. Terserah, kataku. Bagaimanapun juga aku sayang padamu.


Aku mau jujur padamu, saat aku marah dan sering tak merespon pesanmu, aku sebenarnya butuh semacam "pelukan". Butuh kamu di sampingku dan mendekapmu erat sampai kamu merasa sedikit sesak. Sampai kamu ingin menyingkirkan tanganku yang mengikat tubuh kecilmu. Ya meskipun kecil, kurus, pendek tapi entah kenapa rasanya nyaman jika berada di dekatmu. Ini bukan bualan kosong mlompong, ini serius. Terserah kamu anggap ini bualan, rayuan gombal atau saudara-saudaranya, aku tetap...ah salah, aku menyayangimu tanpa "tetap".[]

1 komentar:

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))