Kamis, 16 April 2015

Rokok, Bagaimana?



Aku tak yakin tulisan ini akan berakhir dengan paragraf akhir dan tersimpan rapih sebagai file dokumen yang lengkap.


Rokok, jika kau tak ada, aku tak tahu apakah aku bisa menyelesaikan sehari dengan membuka mata.
Bagaimana aku bisa menjalani hari-hari yang menyebalkan, penuh ego, dan penyesalan? Entahlah, aku tak tahu jawaban dari pernyataan yang kubuat sendiri.

Bagaimana aku bisa berfikir jernih dan memenangkan otak dari pada ego? Tak tahu, mungkin seharusnya aku tak usah berfikir jernih.

Bagaimana aku bisa terbangun dari mimpi buruk? Seharusnya kulanjutkan saja mimpiku. Walaupun kebanyakan orang menolak bertemu denganmu.

Bagaimana aku bisa tertawa meski kupaksa? Aku hampir lupa apa yang sebanrnya membuat diriku bisa tertawa. Lulucon murahan kah, atau tingkah acak seekor kucing? Setelah kuingat, ternyata yang membuatku tertawa lepas selama ini adalah sebuah paksaan untuk terlihat bahagia.

Bagaimana aku bisa menjalankan kewajiban? Selama ini aku tak tahu, apakah agama yang kubawa adalah agama terakhir yang akan kuyakini? Sementara selama ini, semuanya hanya kujalani karena rutinitas bukan kebutuhan.

Bagaimana aku bisa bersuci? Terlebih lagi, hampir kebanyakan orang bersuci karena ada keperluan setelahnya. Diriku? Aku sampai saat ini, masih berfikir, apa yang akan kulakukan setelahnya? Tidur misalnya. Perlukah bersuci?

Bagaimana aku bisa berjalan keluar? Aku malu. Tak jauh dari orang gila. Tanpa pikiran, tanpa apa yang direncanakan, tanpa bersuci, dan terakhir tanpa agama. Sama bukan? Apa bedanya sekarang? Ceritakan! Katakan!

Tak kurang, tak salah, mungkin seperti itulah hidupku tanpa rokok.

Sekarang, di dalam lemari, ada 4 bungkus rokok yang semuanya telah terbuka. Tinggal menunggu waktunya saja, semua rokok itu akan habis hanya olehku beberapa hari ke depan. Tak perlu seminggu. Jika seminggu, pastinya akan ada lebih dari 4 bungkus.

Begitulah! [] masupik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))