Sabtu, 03 Januari 2015

Apakah Kalian Perokok?



                Apakah kalian perokok? Atau akan merokok? Atau mungkin sudah berhenti, dalam tahap berhenti untuk merokok? Itu terserah kalian, aku hanya sekedar bertanya. Yang pastinya pertanyaanku ini tak menuntut kewajiban bagi si pendengar untuk memberikan jawaban.

                Jadi begini...beberapa waktu yang lalu entah kenapa pikiranku berujung pada suatu pemikiran dalam bahkan jauh ke depan. Setiap hari, kira-kira telah berjalan sebulan. Sekitar pukul 07.30 aku sudah siap menunggu bus kecil yang akan mengantarku pada tempat tujuanku bekerja. Tak terlalu jauh tempatnya, tapi kalau ditempuh dengan jalan kaki... niscaya kelar seminggu, kita ganti tulang betis dan tulang kering.
                Karena jadwal bus yang datang tak tentu, sembari menunggu sengaja kunyalakan sebatang rokok yang telah kubawa dan kumasukkan saku kanan, kadang juga saku kiri. Rokok sudah menyala. Namun, baru satu hisapan pendek, bus datang dengan penumpang yang cukup sesak saat itu. karena terlihat dari luar kursi paling belakang masih lenggang, kuangkat pantatku dari kursi papan panjang yang biasanya dipakai untuk menunggu bus, seperti aku saat ini.
                Setelah kaki kananku menginjak bus, disusul kepalaku masuk ke dalam, dan ternyata benar, kursi barisan belakang masih sepi tak ada pantat yang menghiasi. Akupun duduk dengan manja ditemani sebatang rokok yang masih seharga 800 rupiah.
                Satu hisapan pendek kembali menyelimuti bibir sensualku. Kuhembuskan asap beracun dari bibirku, sehingga hampir seisi bus bisa mencium bau asap rokok. Kemudian, ada satu penumpang ibu-ibu masuk ke dalam bus, dan ternyata si ibu ini sedang menggendong bayi. Kira-kira bayinya berumur 4 bulanan lah. Lagian aku juga bukan ayah kandungnya.
 Melihat ada bayi dalam ruangan bus, kulepaskan rokok dalam jepitan jari telunjuk dan jari tengah tangan kananku, kemudian kuinjak sehingga bara api diujung rokok hanya bersisa arang tembakau. Niatku tidak lain dan tidak bukan hanya karena ada bayi dalam bus tersebut. Meskipun hal yang paling benar adalah jangan merokok di dalam bus (fasilitas umum), tapi aku tak mengindahkan hal itu. Barulah ketika ada bayi kumatikan rokokku, dengan tujuan bayi itu biar tak terlabeli sebagai perokok pasif. Itu cerita singkatnya.

                Dalam perjalanan setelah kejadian itu, aku sempat sedikit berfikir ke depan mengenai si bayi tersebut dan aku sebagai perokok. Dulu, saat aku menjadi bayi, orang-orang yang perokok pun pasti akan menjauh ketika mereka sedang menikmati hisapan setiap batang rokok mereka. Mereka tak pernah tahu, apakah esok (saat aku dewasa) aku akan merokok atau tidak, mereka tak pernah tahu. Yang mereka tahu saat itu adalah merokok dekat bayi tak baik untuk kesehatan bayi – bahkan sejatinya rokok itu tak ada baiknya untuk siapapun.  Dan aku saat ini yang kulakukan adalah meniru mereka (orang – orang terdahulu) bahwa merokok dekat bayi itu tak baik untuk kesehatan bayi itu. meskipun ke depannya bayi itu juga akan merokok atau tidak. Entah orang lain juga peduli seperti yang aku lakukan saat ini (mematikan rokok). Yang penting aku memiliki niat agar bayi ini bisa merasakan bernafas tanpa harus ada asap rokok yang dia hirup. Ditambah lagi, kasian juga bayi yang lahir di jaman sekarang. Mereka lahir di jaman saat semua serba susah, serba runyam, serba amburadul morat-marit. Udara yang ada sudah tak lagi bisa dikatakan bersih meskipun masih bisa dihirup tanpa bantuan alat seperti di film-film kartun. Apa ya kita masih tega membiarkan asap rokok melengkapi penderitaan bayi-bayi yang lahir di jaman sekarang ini?

                Tak selesai olehku berfikir jauh ke dapan, aku sudah harus turun dari bus yang nyaman dalam tanda kutip dan reot tersebut. Dengan kaki kiri turun terlebih dahulu sesuai aba-aba kenek, akupun sampai tujuan dengan selamat. [] masupik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))