Saat itu kita masih berupa botol air mineral kosong saling
tergeletak berjauhan tak tahu nasib akan membawa kemana. Aku tergletak terbawa
sepatu lusuh pencari ilmu. Ditendang, diinjak, sampai akhirnya mereka selesai
dan kembali aku tergeletak. Kau yang berada di sebrang persimpangan jalan, tak
luput dari cengkraman pemulung ulung. Mencari ganjalan perut dengan bertaruh
dengan Tuhan.
Tentang sebuah peristiwa yang kita sendiri tak tahu
akhirnya. Tentang sebuah perjalanan yang konon setiap manusia mengalaminya.
Tentang perasaan-perasaan cinta kepada lawan jenis yang akhirnya berujung
pernikahan. Tak jarang berujung dengan pertemuan awal. Ini tentang kita yang
kembali tak tahu apakah semua ini adalah balutan nasib yang harus kita teguk.
Atau ini adalah sekedar monolog tengik penyair gagal, terbuang, dan gila. Jika
segala kemungkinan itu terjadi, berarti benar kita adalah botol air mineral
bekas. Menunggu, menunggu sampai akhirnya ditinggalkan cuma-cuma.
Sampai saat itu, kita kembali dipertemukan oleh kerja sama
nasib dengan koruptor. Kita dipertemukan di dunia kacau balau ini. Di sebuah
kelokan tajam, kita bersanding diambang kematian. Pertemuan yang hanya
meninggalkan luka dalam, bukankah itu lebih mengerikan ketimbang sesosok ular
menerkam dan menelan mangsa bulat-bulat. Hanya meninggalkan kenangan. Dikenang,
dibaca, akhirnya terbuang juga. Pun, jika ada sebuah arsip tentang sebuah
kenangan, itu hanyalah kedok agar mereka dianggap intelek, peduli dengan masa
depan, tapi lupa dengan masa lalu.
Mengapa masih dipertanyakan, bukankah semua itu sudah
terlampau sering sampai akhirnya hanya menjadi bekas hitam yang kelamaan
menghilang. Apalagi sekarang banyak krim penghilang bekas luka. Bekas luka dulu
adalah sebuah tanda suatu kejadian yang dibangga-banggakan. Kini tak ada
artinya. Semua hilang tak berarti dan sia-sia. Dicari, dimiliki, diajak tidur,
namun ujungnya juga dimuntahkan. Kau tahu kedudukan hasil muntahan di mata
manusia? Hanya sebagai barang menjijikan yang tak boleh dipandang, apalagi
dipegang. Harus segera dibersihkan agar hilang. Bekasnya pun tak boleh ada.
Lebih-lebih, tempat muntahan itu diganti yang baru. Jangan sampai mereka-mereka
yang datang belakangan melihat apalagi mengetahui kebenaran yang sebenarnya
terjadi. [] masupik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang bijak, selalu meninggalkan jejak =))